Aku bermimpi berjalan di negeri asing
Berharap dapat melupakan segalanya lebih baik
Tapi bukankah itu akan semakin membuatku lebih sulit menemukanmu
Cinta sebelah tanganku aku merindukanmu
Aku akan semakin tua dan rapuh
Dimanakah kamu berada?
Tak sudikah percikan kabar terhadapku yang menyedihkan ini
Yang hanya bisa mencintai bayanganmu hingga setua ini
Cinta sebelah tanganku aku menangisimu lagi
Tahukah kamu seberat apa perasaan ini?
Seorang wanita yang hanya bisa berharap tentang cinta sendirinya
Selasa, 08 Desember 2015
Desember
Rabu, 02 Desember 2015
Evan Archilleo (Draft I Think)
Tahun ke-4 . . . .
Hari ini aku kembali bertemu dengannya di salah satu restoran kesukaan kami di kota Milan, 27 Desember di tahun ke empat setelah lamarannya empat tahun lalu. Hatiku masih terasa hangat di tengah musim dingin yang hampir membekukan kota, cinta ini belum mundur selangkahpun darinya. Dan entah mengapa Leo masih bertahan sampai sejauh ini, ditengah - tengah sifatku yang keras dengan apa yang aku yakini. Sampai tahun ke-4 aku tak pernah menjawab lamarannya padaku, aku masih menggantungkan cincin lamarannya di leher sebagai gantungan kalung selama ini, bukan karena aku ragu, Leo tahu benar seberapa besar cintaku padanya sampai saat ini.
Aku masih bersembunyi. Tidak, tepatnya kami masih bersembunyi dengan hubungan ini, dari keluarga dan orang - orang terdekat kami. Peristiwa saat itu yang membuat keluargaku memusuhi Leo sampai saat ini, dan selama itu pula aku selalu merasa bersalah pada Leo. Aku sungguh mencintainya tapi aku pun belum sanggup kehilangan keluargaku. Hubunganku dengannya sungguh di luar nalar. Dalam setahun kami hanya bertemu 5 hari di akhir tahun.
Hubungan jarak jauh kami mungkin akan aneh untuk kebanyakan orang. Selama setahun kami tidak pernah bertukar informasi apapun, tepat di 27 Desember Leo akan datang dari Indonesia untuk merayakan ulang tahunku. Dia stay di Milan selama 5 hari hanya untuk menemuiku,