Minggu, 06 Oktober 2013

UNGKAP JERIT HATI

Berjuta kerikil tajam sudah siap menghadang di depan sana. Dimana terletak mimpiku yang paling berharga.
Dan aku selalu ingat janjiku padamu, takkan pernah menyerah walaupun harus ditukar dengan darah.
Dan aku selalu ingat katamu untuk selalu menutup kupingku jika itu menyakitkanku.
'Jangan dengarkan! Diam dan buktikan!'
'Jalan terus sampai kau mampu walau sedikit demi sedikit'
'Karena jika kamu hiraukan rasa sakit dalam hatimu semua selesai'

Selasa, 27 Agustus 2013

Doa Sederhana

Dan jika cintanya tak terbalas kabulkanlah semua doa-doa tulus yang dia untai untuk orang yang dia cinta.

Dan jika dia tak bahagia buahkanlah segala usaha yang dia lakukan untuk menggapai mimpi yang dia ingin.

Dan jika dia sudah temukan jodohnya, ikatlah selamanya hingga batas akhir surga.

Berikan jalan disetiap kesulitannya.

Siramkan tentram ketika dia sudah benar-benar lelah.

Lapangkan hatinya selalu agar tak pernah ada pantang menyerah.

Doa sederhana ini ku untai tulus ketika merindukanmu, ketika semua sudah tak dapat diungkapkan dengan hati.

Jumat, 22 Maret 2013

Mimpikan Aku Mulan

Honest be Mulan

Dan malam itu adalah sebagian kecil kenangan terakhirku dengannya. Aku memohon pada Michel untuk mengizinkan aku pergi mencarinya, dan bodohnya aku memang harus melakukan itu persis setelah acara pertunanganku dengan Michel selesai.

"Pergilah, asalkan setelah ini kakak kembali. Michel akan menunggu hingga urusan kak Heri dan Mulan selesai" Bukankah Michelpun luar biasa ketika terpaksa mengizinkan aku pergi untuk menemui seseorang yang paling dia benci di hatinya. Aku mencium keningnya dan bergegas pergi, dan itu tak lebih dari perasaan kakak pada adiknya.

Aku begitu berterimakasih pada Michel yang kuat dan sabar menunggu pria macam aku yang mungkin sering menyakiti perasaannya. Yang lebih sering menyangkal perasaannya terhadapku. Entahlah, walau sejak SMP kami bersama perasaan yang tumbuh dihatiku memang hanya rasa persadauraan dan tak pernah lebih.

Mobil ku gas dalam-dalam, pikiranku sudah gila. Aku hanya ingin pergi menemui Mulan sekarang, bayangannya meracau seolah menari-nari sendu teringat kepergiannya di tengah-tengah sebelum acara selesai. Apa yang terjadi padaku? Apa semua sudah terlambat? dan senyuman pahit yang aku lihat tadi apa memang aku saja yang melebihkan? Dia tidak baik-baik saja Heri, cepatlah dia membutuhkanmu, batinku lagi-lagi berulah.

Pintu pagar rumah masih terbuka lebar, baguslah. Rumah depan memang terlihat sepi, tapi setelah aku periksa ke halaman samping Butiq tante Citra masih membuka pintunya lebar - lebar. Rupanya masih ada pelanggan disana. Tante citra melihatku datang dan dia hanya tersenyum, aku tahu aku mengganggu maka dari itu aku tak berani masuk untuk sekedar bertanya dimana Mulan berada. Tapi tiba - tiba tante Citra menghampiriku.

"Apa yang kamu lakukan Heri? Acara pertunanganmu sudah selesai? Jangan bilang ibumu menyuruh datang kesini untuk mengambil pesanan baju yang baru tante selesaikan tadi? Karena barusan tante sms beliau" Kata tante Citra tanpa curiga.

"Tidak tante, Heri hanya. . .apa Mulan sudah tidur?" kataku canggung, aku yakin tante citra mulai mengerti ketika aku bertanya tentang Mulan. Dia masih diam, dan sesaat ekspresinya berubah suram.

"Apa sepenting itu Mulan untuk kamu Heri? Dia begitu kesepian semenjak tahu semua hal ini, beruntung dia memiliki teman seperti kamu." Terdengar begitu sendu untukku, aku yakin hati tante Citra lebih tersiksa dari siapapun lebih dari Mulan yang tiap hari hanya bisa berputus asa dan rendah diri. Wanita ini yang selalu ada untuk Mulan, separah apapun. Dan aku teringat saat - saat wanita yang hanya ibu tiri ini begitu tulus mendampingi Mulan yang koma berhari - hari tanpa harapan. Kasih sayang yang begitu berlebih dan tanpa pamrih.

Aku hanya bisa terdiam, mungkin tante Citra tak akan mengizinkan aku bertemu dengan Mulan. Karena aku yakin beliau tak akan membiarkan Mulan lebih sakit ketika aku harus menemuinya, sudahlah Heri jangan berharap bisa menemuinya lagi. Selamanya kamu akan jadi pecundang, kamu lihat sendiri betapa kecewanya dia padamu tadi. Pergi di tengah - tengah acara.

"Di lapangan sepak bola tepi sungai ada festival kembang api untuk warga desa, pergilah dan cari Mulan disana. Ajak dia pulang, sudah larut malam." sungguh mengejutkanku. Tante Citra ternyata lebih berlapang dada dari siapapun, tak heran jika ibu masih bersahabat dengannya saat ini. Aku segera bergegas, aku tahu dimana tempat itu. Sungai dengan riak aliran tenang dan dangkal dengan hamparan sawah yang hijau di seberang. Tak heran orang - orang kampung menjadikan tepi sungai yang luas dengan rumput hijau itu sebagai tempat untuk bermain hal apapun seperti saat ini.

Keadaan masih ramai, mungkin puncak acara belum terjadi. Kulihat sekeliling untuk menemukan Mulan dan adiknya Toni yang ku dengar ikut juga bersamanya ke sini. Ku lihat orang -orang berkerumun di satu titik dimana sedang terjadi pertandingan sepak bola api yang spektakuler, aku rasa mereka begitu menyukai ini terdengar dari sorakan - sorakan riuh tak pernah putus. Aku masih fokus memandangi setiap penonton yang ada disana, aku harap bisa menemukannya. Aku melihatnya, di deretan bangku penonton dengan sorotan mata kosong seperti tak bernyawa. Tiba - tiba saja rasa sakit ini menjalar ke setiap sudut relung hati. Aku segera menghampiri gadis itu, aku tahu dia telah menyadari aku datang mungkin sebelum aku melihatnya.

Aku duduk tepat d sampingnya, tak ada ekspresi untuk menyambut kedatanganku sepertinya.

"bibi pulanglah duluan, ,tidak apakan? hati-hati . ." katanya pelan. Adik kecilnya sudah tertidur pulas di gendongan bibi, dia menyuruh bibi pulang lebih awal, sepertinya dia tahu aku akan datang.

"apa sulit mencintai michel?" Suaranya menyadarkan lamunanku, jantungku berdebar kencang. Nafasku ku hela dalam - dalam, aku tak menjawab apapun. Bagiku semua hal yang dia tanyakan tak pernah ada jawabannya. Tidak, aku memang tak ingin menjawabnya, itu hal tersulit.

"Bukankah michel itu gadis sempurna. ." katanya datar, aku masih tak ingin menjawab. Tapi kali ini aku sudah bisa menetralkan pikiranku. Aku masih bisa tenang tak menjawab apapun. Dan tak akan ku jawab jika masih berhubungan dengan acara pertunanganku tadi. Bagiku bukan hal yang luar biasa,jadi tak perlu ku jawab.

"Seandainya aku masih bisa berlari seperti mereka. bukankah akan sangat menyenangkan. ." Aku terhentak dengan pernyataannya kali ini. Raut wajahnya berubah sendu. Ekspresi macam apa itu, sampai - sampai aku sakit melihatnya. Seandainya dia bisa tersenyum, mungkin aku akan lebih bahagia. Tidak seperti ini, menyakitkan batin sampai ke dalam - dalamnya.

"Apakah akan selalu menyenangkan jika kamu terlihat sama seperti mereka?" kataku datar. Semoga ini bisa menetralkan suasana. Tempat seramai ini, kenapa bisa aku tak risih. Semua pikiranku hanya tertuju pada gadis lemah di sebelahku ini.

"Setidaknya mereka tak pernah merasa terbuang. ." Mulan mulai beranjak dari duduknya, sepertinya dia akan pergi. Tapi tertahan karena aku masih disini, tak banyak yang bisa kulakukan. Aku pun tak membalas perkataannya, percuma saja. Dia tak akan mendengar nasehat apapun, dia sudah sangat berputus asa dengan semua ini. Dia tak butuh kata - kata motivasi kosong yang hanya datang dari mulut manis kami. Aku mengerti, Mulan pikir itu hanya pemanis. Tak ada kata - kata yang bisa memulihkan semua ini.

"Aku tahu dia mencemaskanmu. .
ada ponsel? bisakah telepon ibu untuk menjemputku? pulanglah, aku dengar baru tengah malam acara ini selesai, tak ada yang harus dikhawatirkan aku bisa menunggu ibu sendirian." Suaranya terdengar bergetar, aku mengerti seberapa kecewanya dia padaku. Seandainya dia tahu sebesar apa perasaanku padanya. Seandainya aku bisa ungkapkan semuanya, mungkin tak akan sekacau ini.

Aku mulai beranjak dari dudukku,
"Aku antar sampai rumah. Tadi aku naik sepedamu kesini, lagipula aku tinggalkan mobil dekat rumah tadi. Jadi sekalian saja."

Untung saja aku tidak salah bicara. Kami pulang ke rumah mulan dengan menaiki sepeda keranjang yang aku pinjam dari tante citra tadi, dia membonceng di belakang.Menyandarkan kepalanya di belakangku, melingkarkan kanan tangannya erat d perutku supaya tidak terjatuh saat membonceng.Lama kami berdiam diri, sesekali aku mendengar dia bergumam, sepertinya menyanyikan sebuah lagu. Tak tahu persis, karena aku berkonsentrasi mengayuh sepeda, untung saja jalannya rata.

"Akan ku ceritakan sesuatu, kamu tahu arti nama mulan?" Suaranya memecah kesunyian perjalanan kami.

"tidak, sebuah doa? film kartun disney?" jawabku ragu.

"tidak, film itu ada setelah aku lahir" jawabnya

"oke" kataku canggung

"ayahku bilang mulan itu memiliki makna anggrek kayu" suaranya bergetar, aku tahu dia menahan sesuatu. Mungkin menahan air mata, aku tak yakin persis. Tapi aku rasakan helaan nafas panjang itu.

"benarkah?" aku masih tenang dan fokus

"Bunga anggrek berbentuk khas
dan menjadi penciri yang
membedakannya dari anggota
suku bunga lain." katanya melanjutkan

"Apa kamu merasa seperti anggrek? berbeda?" pertanyaanku mungkin tak akan di jawab.

"mMmm. .mungkin. .apa aku berat?" Jawabnya, lalu mengalihkan pembicaraan. Sepertinya aku memang memberikan pertanyaan yang salah. Aku pun tidak menjawab pertanyaan ringannya tadi.

"Bukankah minggu depan hasil ujian nasional di umumkan? mau kemana setelah ini?" Tanyaku lagi, aku hanya ingin pembicaraan ringan. Aku tak ingin membebani banyak hal, yang mungkin saja dapat mengacaukan ketenangan saat ini.

"Aku mau istirahat. .terimakasih atas selama ini. Apa aku masih bisa menghubungimu setelah ini?" Jawaban itu mengejutkanku, dia tak lagi berambisi untuk mengejar semua impian yang pernah dia sebutkan dahulu.

"Tentu saja, jerman hanya berjarak 20 cm dr bandung setelah aku ukur di peta." Kataku berlelucon, tak berharap dia tertawa. Karena aku memang menghibur diri sendiri.

(Bersambung ya. .:D
Ga ada space buat ngetik. .harus bikin post baru. Kalo ga males ngetik itu pun. .)