Rabu, 27 September 2017

Karena Siapa?

Gue pengen nulis ini sebelum gue lupa, mungkin sebenernya banyak yang bertanya-tanya, kenapa gue bisa drastis berubah dan karena siapa? Sebelumnya gue mau bilang ini, sebenernya waktu kita memutuskan berubah ke arah yang lebih baik, Tuhan sudah mengetuk hatimu jauh sebelum karena siapa dan karena apa. Hidayah, Alhamdulillah gue bersyukur banget bisa dapetin semua hal itu.

Waktu SMA sebenernya gue udah pake hijab, cuma karena sesuatu hal yang gak bisa gue ceritain gue akhirnya buka hijab selama beberapa tahun, intinya jatoh dan ngerasa depresi karena sesuatu. Alasan khusus itu cuma mau gue ceritain sama suami gue nanti, Alhamdulillah gue dari keluarga baik-baik, cuma karena dari kecil sering ngerasa beda sama kakak-kakak gue, minder, akhirnya kebawa pas dewasa. Gue jadi orang yang anti sosial, pesimis dan gampang drop.

Pas buka hijab pun gak berarti gue berubah jadi urakan, gue masih rajin sholat dan masih pake baju2 sopan di depan umum. Cuma pas semester 3-4 gue berubah jadi males, mungkin karena lingkungan ya, semua temen2 deket gue waktu itu cowok dan urakan, nongkrong malem, maen jauh, dan orang tua juga gak pernah protes karena gue selalu jujur kalo mau kemana-mana, jalan sama siapa dan Alhamdulillah gue masih bisa jaga kepercayaan nyokap sama bokap. Pokoknya orang tua gue asik.

Hal yang dominan bikin gue selalu ngedrop sebenernya simpel, semua karena kisah percintaan gue berantakan. Walau ada beberapa masalah lain yang muncul waktu itu yang bikin hidup kok kayaknya berantakan banget. Gue gak pernah khawatir kekurangan duit, gak pernah khawatir nilai2 kuliah jeblok karena selama ini masalah itu bisa gue atasin sendiri dengan mudah. Oke cerita ini gak penting sih ya, kayaknya harus to the point.

Jadi kenapa gue berubah jauh dari kehidupan sebelumnya? Sebenernya ada beberapa hal yang bulatin tekad jadi luar biasa.

Pertama udah kepikiran buat hijab lagi karena mikir umur bakal tambah tua, tapi dulu masih gitu2 aja cuma niatan doang sampe suatu hari temen yang namanya Dimas nyeletuk 'Elu pake hijab deh Mel, belajar, gak apa2 buka tutup juga, belajar nutup aurat yang bener' deggggg. . .asli ketampar sih waktu itu dan intinya masih gak didenger walau udah kepikiran.

Kedua sebenernya udah kepikiran buat hijaban cuma belum mau bilang kesiapa-siapa, belum dapet moment pas banget.Tapi ada satu moment yang bikin ketampar 2 kali, waktu kerja praktek di satu perusahaan sempet suka sama seseorang di sana, akhir cerita pas hari terakhir magang itu perpisahan sama all people, salim tangan dan sengaja gue pengen salim tangan terakhir sama seseorang itu, tapi? Jabat tangan gue ditolak, hiks hiks berasa ditonjok, dibanting ini hati pas masuk loker hati udah gak enak. BTW  beliau emang udah ngamalin ilmu syar'i tentang jabat tangan sama cewek kalo bukan makhram. Asli pas pulang ngedrop banget, ngerasa banget kalo gue bukan cewek yang baik buat dia karena gak tau apa2 soal agama. Sampe rumah nangis. Kepikiran. Patah. Jarang banget gue ngerasa begitu karena selama ini ngerasa lurus2 aja, batin, karena menurut gue waktu itu jadi cewek baik gak perlu hijab, yang penting hati elu baik, gak langgar norma agama di hidup elu udah cukup. Walau udah mati2an jaga idealis, walau gak hijab pasti ada yang mau nerima gue apa adanya tanpa hijab. Bukan, bukan dia berarti. Sempet ngerasa begitu berkali-kali diteguhin. Sampe akhirnya ada yang bikin luluh di moment ketiga.

Ketiga, udah niat pake hijab udah ada plann tanggal berapa mau mulai, pokoknya udah selesai magang sekitar semingguan. Diwaktu semingguan itu lagi heboh konflik Syiria, baca artikel banyak tentang perang Syiria, anak2 kecil jadi korban perang, cewek2 banyak diperkosa, bahkan ada yang sengaja bunuh diri karena emang gak mau lepas hijab dan jadi korban pemerkosaan. Kepikiran, disini pake hijab free bebas mau lepas pake juga terserah elu. Sampe hati bilang 'Udah waktunya Mel, elu muslim tapi gak contoh cewek2 Syiria yang mati-matian nutup aurat. Negara elu enak, masa elu gak bersyukur? Masa elu mau jadi urakan dengan idealis buta kayak gini, muslimah itu hijab baik doang gak cukup, ini waktunya'. Dan Alhamdulillah pas 26 Desember 2016 mulai hijab keluar dari plann lebih awal dari tanggal yang ditentukan akhirnya bulet pengen ditutup dan masih belajar sampe sekarang, sedikit-sedikit. Walau kurangnya masih banyak, masih mati-matian buat perbaikan Akhlak sama Aqidah. Doain ya :'). Tahun ke tahun makin sulit, cobaan banyak, ada naik turunnya.

Pokoknya pengen tetep didoain, harus jauhin banyak hal supaya tracknya lurus, dumusuhin, diomongin, dibilang sok suci udah biasa sekarang. Perjalannya luar biasa nikmat kalo mau tetep di jalan Allah, gak bakal mulus, tapi kudu berjuang buat diri sendiri. Gue berubah mungkin karena seseorang, tapi semakin elu cinta sama Allah alasan itu bakal luntur dengan sendirinya. Orang datang dan pergi, semua berubah, yang gak boleh berubah cuma satu diri sendiri. Harus tetap berjuang, walau ditengah jalan alasan kebaikan elu hilang ditengah jalan, ninggalin elu sendirian, intinya jangan kembali ke belakang, berjuang dengan baik, buktikan, karena alasan yang paling bener adalah dalam hidup elu diciptain cuma buat ibadah sama yang udah nyiptain elu. Bukan yang lain, cuma buat Allah. Lillahita'alla.

Selasa, 08 Desember 2015

Desember

Aku bermimpi berjalan di negeri asing
Berharap dapat melupakan segalanya lebih baik
Tapi bukankah itu akan semakin membuatku lebih sulit menemukanmu
Cinta sebelah tanganku aku merindukanmu
Aku akan semakin tua dan rapuh
Dimanakah kamu berada?
Tak sudikah percikan kabar terhadapku yang menyedihkan ini
Yang hanya bisa mencintai bayanganmu hingga setua ini
Cinta sebelah tanganku aku menangisimu lagi
Tahukah kamu seberat apa perasaan ini?
Seorang wanita yang hanya bisa berharap tentang cinta sendirinya

Rabu, 02 Desember 2015

Evan Archilleo (Draft I Think)

Tahun ke-4 . . . .

Hari ini aku kembali bertemu dengannya di salah satu restoran kesukaan kami di kota Milan, 27 Desember di tahun ke empat setelah lamarannya empat tahun lalu. Hatiku masih terasa hangat di tengah musim dingin yang hampir membekukan kota, cinta ini belum mundur selangkahpun darinya. Dan entah mengapa Leo masih bertahan sampai sejauh ini, ditengah - tengah sifatku yang keras dengan apa yang aku yakini. Sampai tahun ke-4 aku tak pernah menjawab lamarannya padaku, aku masih menggantungkan cincin lamarannya di leher sebagai gantungan kalung selama ini, bukan karena aku ragu, Leo tahu benar seberapa besar cintaku padanya sampai saat ini.

Aku masih bersembunyi. Tidak, tepatnya kami masih bersembunyi dengan hubungan ini, dari keluarga dan orang - orang terdekat kami. Peristiwa saat itu yang membuat keluargaku memusuhi Leo sampai saat ini, dan selama itu pula aku selalu merasa bersalah pada Leo. Aku sungguh mencintainya tapi aku pun belum sanggup kehilangan keluargaku. Hubunganku dengannya sungguh di luar nalar. Dalam setahun kami hanya bertemu 5 hari di akhir tahun.

Hubungan jarak jauh kami mungkin akan aneh untuk kebanyakan orang. Selama setahun kami tidak pernah bertukar informasi apapun, tepat di 27 Desember Leo akan datang dari Indonesia untuk merayakan ulang tahunku. Dia stay di Milan selama 5 hari hanya untuk menemuiku,

Sabtu, 21 November 2015

Rindu

Taukah? Seberapa rindu aku di sisi ini. Jelaskan ribuan kalipun pada mereka, percuma. Mereka tak akan mengerti seberapa pedih luka ini menunggu sendirian.

Aku semakin takut Heri, aku akan semakin tua. Tapi aku semakin menyakiti apa yang sebenarnya terjadi di dalam sini. Aku sungguh ingin menemukanmu untuk bisa bahagia. Aku masih menangis sendirian. Aku merindukanmu.

Sabtu, 14 November 2015

Ben - You

Kenangan bertemu denganmu seperti mimpi yang dusta
Aku akan tetap di sini, menunggu untukmu
Aku tidak bisa bergerak karena hatiku begetar
Ketika aku melihatmu
Mengapa aku tidak bisa mengatakan apa-apa?
Ketika waktunya aku untuk banyak bicara?
Saat kamu berbalik
Mengapa rasanya begitu jauh?
Mengapa tiba-tiba air mata tumpah?
Aku mencintaimu, aku hanya ingin memilikimu
Aku tak punya apa-apa kecuali kamu
Meskipun aku tidak bisa menghubungimu
Meskipun aku tidak bisa memelukmu
Meskipun aku menangis sendiri, tidak apa-apa
Aku akan selalu melihatmu, itu yang kuinginkan darimu
Kamu.., beruntung aku bertemu denganmu
Kapan ya menjadi takdir bagi untukku?
Aku bahkan tidak bisa kembali ke zaman sebelum aku mencintaimu
Itulah betapa aku jatuh kepadamu
Aku mencintaimu, aku hanya ingin memilikimu
Aku tak punya apa-apa kecuali kamu
Meskipun aku tidak bisa menghubungimu
Meskipun aku tidak bisa memelukmu
Meskipun aku menangis sendiri, tidak apa-apa
Aku akan selalu melihat Anda, itu yang kuinginkan darimu merindukan sampai memar hatiku
Itu kamu
Aku mencintaimu, lihat kembali padaku
Aku tidak punya apa-apa kecuali kamu
Meskipun aku tidak bisa memilikimu
Meskipun saya tidak bisa mengatakan itu
Aku mencintaimu seperti ini
Aku akan selalu melihat Anda

Dedicated for H.A

Sabtu, 24 Oktober 2015

Aku bermimpi lagi tentangnya, kali ini sungguh indah. Dia ada di sana untuk mencintaiku. Aku rasa ini menjadi canduku yang berkaitan dengannya. Pertama aku selalu merindukannya. Kedua semakin aku merindukannya mimpi itu selalu datang mengobati.

Sabtu, 03 Oktober 2015

Setidaknya Alya lebih beruntung, walau dia menyimpan cintanya pada Sani begitu lama toh akhirnya Alya tau bahwa Sani juga mencintainya waktu itu. Walau dia tahu dipenghujung usianya, itu adalah bayaran paling mahal untuk penantiannya.

Aku tidak pernah tau akan seperti apa perasaan ini kelak. Mampukah aku? Apa aku bisa seberuntung Alya?

Efek Film Cinta Pertama (Sani)